Pertumbuhan Malware Android dan Online Perbankan Kian Memprihatinkan
Pada kuartal kedua tahun ini secara global, malware pada perangkat Android dan layanan online perbankan makin meningkat pesat lebih dari 30 persen, dibanding kuartal sebelumnya di tahun yang sama. Kondisi ini kian memprihatinkan. Padahal, pertumbuhan keduanya di era dgitial saat ini terus mengalami peningkatan pengguna. Demikian menurut laporan kuartal kedua tahun ini yang dirilis Trend Micro, perusahaan pengembang software keamanan digital.
Dilansir dari Cellular-News, laporan Trend Miro menunjukan, jumlah aplikasi Android berbahaya dan beresiko tinggi telah berkembang menjadi 718 ribu aplikasi pada kuartal kedua tahun ini. Terjadi peningkatan signifikan dibanding kuartal sebelumnya yang hanya sebanyak 509.000 aplikasi berbahaya. Trend Micro memperkirakan, pada akhir tahun nanti, aplikasi berbahaya Android ini bisa mencapai satu juta unit.
Mayoritas malware yang ditemukan ini, dikemas ke dalam bentuk aplikasi palsu. Aplikasi tersebut dirancang agar bisa diunduh di toko aplikasi online, seperti Google Play. Pengunduh pun tidak menyadari bahwa aplikasi yang diunduhnya itu berbahya.
Meningkatnya malware pada platform Android tersebut, menurut Linda Barrabee, direktur riset di NPD Group, turut membuat pengguna smartphone makin khawatir. Mereka semakin menyadari, pentingnya aplikasi keamanan yang mesti dipasang perangkat Android-nya. Ia memperkirakan, 30 persen dari semua smartphone dan tablet Android di Amerika Serikat telah terpasang aplikasi keamananan.
“Sampai Kami memiliki urgensi yang sama untuk melindungi perangkat mobile seperti hal melindungi PC Kami. Ancaman ini sangat nyata dan akan terus tumbuh pesat. Untuk melawan ini, pengguna Android harus berhati-hati saat menggunakan perangkatnya dan mengambil langkah sederhana namun efektif, seperti penambahan perangkat lunak keamanan untuk semua perangkat mobile,” ungkap Wakil Presiden Trend Micro, JD Sherry menyarankan.
Sementara itu, serangan malware pada layanan perbankan Online, menurut Trend Micro juga meningkat 29 persen dibanding kuartal sebelumnya. Dari 113.000 menjadi 146.000 yang telah terinfeksi malware. Negara Amerika Serikat sendiri menjadi target utama serangan malware perbankan online ini dengan satu juta kasus penyerangan. Negara Paman Sam tersebut menyumbang 28 persen secara global. Lalu, dikuti Brasil sebesar 22 persen dan Australia lima persen.
“Langkah-langkah pencegahan, seperti memonitor aktivitas akun pelanggan dan menggunakan solusi keamanan pihak ketiga akan membantu mengurangi pertumbuhan ancaman ini,” kata Trend Micro.
Trend Micro juga menemukan, saat ini metode penjualan alat untuk menyusupkan malware telah berevolusi. Pedagang yang menjual alat berbahaya nan cangih itu, seperti ZeuS, SpyEyem dan Ice IX mulai menawarkan harga murah maupun sistem paket “2 in 1″. Trend Micro khawatir, dengan makin mudahnya orang menggunakan toolkit ini, maka pengguna internet bakal menghadapi resiko berbahaya di penghujung tahun ini hingga pase berikutnya.
Meningkatnya malware pada platform Android tersebut, menurut Linda Barrabee, direktur riset di NPD Group, turut membuat pengguna smartphone makin khawatir. Mereka semakin menyadari, pentingnya aplikasi keamanan yang mesti dipasang perangkat Android-nya. Ia memperkirakan, 30 persen dari semua smartphone dan tablet Android di Amerika Serikat telah terpasang aplikasi keamananan.
“Sampai Kami memiliki urgensi yang sama untuk melindungi perangkat mobile seperti hal melindungi PC Kami. Ancaman ini sangat nyata dan akan terus tumbuh pesat. Untuk melawan ini, pengguna Android harus berhati-hati saat menggunakan perangkatnya dan mengambil langkah sederhana namun efektif, seperti penambahan perangkat lunak keamanan untuk semua perangkat mobile,” ungkap Wakil Presiden Trend Micro, JD Sherry menyarankan.
Sementara itu, serangan malware pada layanan perbankan Online, menurut Trend Micro juga meningkat 29 persen dibanding kuartal sebelumnya. Dari 113.000 menjadi 146.000 yang telah terinfeksi malware. Negara Amerika Serikat sendiri menjadi target utama serangan malware perbankan online ini dengan satu juta kasus penyerangan. Negara Paman Sam tersebut menyumbang 28 persen secara global. Lalu, dikuti Brasil sebesar 22 persen dan Australia lima persen.
“Langkah-langkah pencegahan, seperti memonitor aktivitas akun pelanggan dan menggunakan solusi keamanan pihak ketiga akan membantu mengurangi pertumbuhan ancaman ini,” kata Trend Micro.
Trend Micro juga menemukan, saat ini metode penjualan alat untuk menyusupkan malware telah berevolusi. Pedagang yang menjual alat berbahaya nan cangih itu, seperti ZeuS, SpyEyem dan Ice IX mulai menawarkan harga murah maupun sistem paket “2 in 1″. Trend Micro khawatir, dengan makin mudahnya orang menggunakan toolkit ini, maka pengguna internet bakal menghadapi resiko berbahaya di penghujung tahun ini hingga pase berikutnya.
0 komentar